|
Nabi
Musa as dan Nabi Harun as
Nabi
Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang
pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim.
Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah beribukan
Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri
Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk
menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah
kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa
mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga
diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya
Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :~
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mentua Nabi Musa.
Sebahagia besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang
diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat
bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan
namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja
Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah
seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah
negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan
sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman
tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi
hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan
orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah,
walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat
kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka
karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di
sekitar rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya,
bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya.
Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum
kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa
menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari
kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan
akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang
dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan
pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa
terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja
oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan
setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan
bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki
yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt
dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti
akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu
kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat
menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim
itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam
Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan
dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani
Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi
asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang
tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang
mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang
diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan
memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan
dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu,
maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan
yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah
lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa
bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia
mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa
pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta
merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru
dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi
itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu
berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah
memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti
yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu
terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas
keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu
kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan
Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan
dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu
agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang
mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang
diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai
Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam
istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera
diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah
hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu,
andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada
jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi
laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai
Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada
isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan
menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan
kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur
menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata
kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku
sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau
kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik
kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu".
Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka
dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa
putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya,
menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti
air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti
bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi
ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air
susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang
diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung
memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang
didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang
mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi
itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan
ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan
selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu
keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang
bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan
sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh
selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian
terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali
puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana,
di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang
lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan
cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin
Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 hingga
ayat 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi
dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari
mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak perempuan
mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan
menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan
kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan
Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan dari mereka
itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia, dan apabila
kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan
janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah
seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang
akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun
dan Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.9.~ Dan
berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu.
Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau
kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan menjadi
kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia
termasuk orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah
ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka
kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu
menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu
aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan
mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada
ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia
mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia kebanyakan
tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak
ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah
seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia
memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah
mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan
risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan
rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan
tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia
adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan
sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya
akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung
bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para
penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada
orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang
menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di
waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang
tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il
bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang
mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap
musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu, segera melontarkan pukulan
dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang
tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa
dan beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak
sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa
kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan
perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat ,
bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota
mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya
diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang
ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan
berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia
terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan
namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi
dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan
berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun.
Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri
mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "
Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu
berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana
engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi
seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan
cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari
jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya
memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap
matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang
lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan
kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para
penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap.
lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis
sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, ada terdapat dalam al-Quran yang boleh di baca
di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 sehingga ayat 21 sebagaimana
berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami
berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika
penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang
lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan
seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya
meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu
Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah
perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan
lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka
Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau
anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi
orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu
merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba
orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan
kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar
orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak
memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang
drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana
kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud
melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri
{ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang
mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari
hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya
pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu
keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa
takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21
}
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan
berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu
daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir
seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain
cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur
satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya
ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang
ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki
ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah
Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah
Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan
rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena
nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi
seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan
kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan
dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian
terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi
sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang
tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang
menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para
penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu
dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di
sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan
memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki
yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi
minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah
kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke
mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah
timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada
mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat
di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk
tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya
yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa.
Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua
puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah
memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus
menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya
itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di
bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa:
"Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan
kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku
mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta
memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi
kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan
dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan
senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah
ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan
mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis
yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang
terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar
meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah
direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas
dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat
Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang
aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan
tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu
yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan
rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus
serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati
salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai
pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah!
Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan
penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi
perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang
sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah,
menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta
tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai
Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan
serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah
ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku
ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah
seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima
tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai
pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal
rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada
mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun
yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di
negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah
menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi
kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk
menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya.
Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa
sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku
tidak menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai
tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian
dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja
yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh
tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan
suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang
bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan
penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal
pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa
ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang
selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang
biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat
ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalm ayat 22 sehingga
ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut
:~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan
tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai
di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat
begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan
{ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~
Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian
kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya
aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita itu
dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia
memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka
tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita
{mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua
wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja
{dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~
Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari
kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata:
"Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu
yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas
diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." {
Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh
tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri
dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt
bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya ,
walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya
sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan hidup
yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku
seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia
merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia
beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan
menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah
menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh
orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan
bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah
oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia
berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:
"Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala
di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa
satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa
sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil
kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan
kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah
kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh
Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang
suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan
Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai
tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan
nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan
allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha
Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun
yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan
tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang
lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa
dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku
bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku.
Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan
lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru
dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya
agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor
ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari
ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan
takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa,
ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya
ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar
mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah
itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat
9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat
api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api
itu." 11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil:
"Hai Musa, 12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang
suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk
mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku
merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa:
"Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun}
dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!"
20.~ Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular
yang merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan
jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~
Dan kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami
perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat
besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja
Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan
yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang
merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan
pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan
harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya
ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang
dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai
pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa
Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh
Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya
sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin
jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman,
sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan
kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya,
mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah
makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya
menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib
disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan
Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan
yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan
masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap
perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya
bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa
rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri
kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina.
Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan
perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas,
segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan
melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada
dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah:
"Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka akan
membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri,
yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan
hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi
Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada
diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun
yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa
mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan
diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan
disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta
melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah
kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan
kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan
kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut
daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan
akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35
surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah
"Thaha" sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh
seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan
membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka
utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku
sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah
berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan
kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu
{berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang
yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku
dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu
berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:
"Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami
atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah
kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar
dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan
katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas
kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang
yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi
kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim
dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan
Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota
pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua
ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu
agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan
menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau
adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal
bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat
pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah
engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami?
Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa
kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa
bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena
jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu
tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi
laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan
sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan
selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai
pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang
menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan
barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku
melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu
serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka
tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk
mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan
penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai
Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan
dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan
seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada
antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan
yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini
adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun:
"Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada
tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu
yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah
berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia
telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena
kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang
benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu
adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah
mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang
benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang
diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai
raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata
kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan
selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat
memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan
bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika
engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di
atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31
juz 19 sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat
sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan
orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku
telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.
21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian
Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang
diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah
{disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun
bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa menjawab:
"Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah
Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak
mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan
nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata:
"Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan
barat dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu
mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu
menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah
seorang yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu
{akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan}
yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." {
Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa mempertunjukkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab
tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan
serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma
menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan
melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada
Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun
panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh
Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya:
"Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam
saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya,
bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang
yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan
mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun
kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada
kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa
itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli
sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para
penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar
mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir
yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa
dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah
fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat
Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu
ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima
tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai
pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang
diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari
pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat
yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang
buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat
ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah
kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya.
Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk
memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi
hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa
dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri
sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di
atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian
atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu
mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan
tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika
terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan
ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya
berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman
kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut
dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam
pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika
melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan
ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk
segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa
seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang
diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib
yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan
bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan
mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami
sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari
rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan
jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa
bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta
menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai
pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan
merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata
kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah
kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini
suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia
mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan
kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di
depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu
ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu
semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan
khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh.
Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga
tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau
ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam
ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana
bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang
membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt
digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi
ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak
akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami
akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai
pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang
engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di
dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan
abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara"
ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu
{menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang
melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab:
"Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan
mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang
maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk
pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah
yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab:
"Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada
mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk
menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi
kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang".
45~ kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah
ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata:
"Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan
Harun". 49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada
Musa sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar
pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar
akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong
tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu
semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada
kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya
kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami,
karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali beriman."
{Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi
Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin
meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa
kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan
Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta
kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya
tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi
mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk
berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan
kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam
kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita
warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita
makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga
lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh
rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu
yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku
sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita
membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di
kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya,
pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta
membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini.
karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan
membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan
hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan
kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan
atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu
adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan
makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari
alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa,
mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat
byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya
menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan
dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan
oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada
Allah agar Allah memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah
telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi
Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh
tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga
tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap
risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak
berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi
Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat
menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan
selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan
membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang
itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam
pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan
Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya
terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak
berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan
iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia
telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan
kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia
sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah
benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana
azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian
siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan
itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku
harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan
negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:
"Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan
menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan
ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh
kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka.
Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan
kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman
terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku
khuatir kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di
mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat
menyelamatkan kamu itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku
hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan
sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di
akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan
kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan
contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan
oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin
itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan
jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan
mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya.
Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah
sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku,
sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk
kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada
Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku
berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha
Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi,
bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka
dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian
akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang
yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah
melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah
nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini
kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena
perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku
kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan
kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat
127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28
sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:
"Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan
di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?"
Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita
biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa
penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya:
"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi
{ini} kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh
Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa
menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu dan
menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana
perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut
Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan
membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku ialah
Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa
keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka
dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar,
nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari
ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari
azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku
tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku
tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." 30~ Dan orang
yang beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu
akan ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran} golongan yang
bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan
orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat
kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku, sesungguhnya aku
khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari
{ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun
yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah
nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." {
Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan
itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga,
mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu
ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka?
42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru
kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah
pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman} kepadanya tidak dpt
memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu pun di akhirat. Dan
sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang
yang melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat
kepada apa yang aku katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta
kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain
tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa,
Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa
dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin
beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan
tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku
membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku
ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan
biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah
diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat
bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana
sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi
kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu
melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku?
Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang
tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya.
Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana lazimnya
orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau
mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya
dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta
mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan
yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia
kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan
pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan
risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani
Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena
ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah
tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman
dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya.
Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan
beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka
sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau
telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta
kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu
mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang
Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman
dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang
pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka
dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang
disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi
sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah
menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir
yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga
menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang
ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam
wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan
lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang
menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup
mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan
menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan
makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar
memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan
perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi
Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah
gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan kembali
bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi
bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil
usaha mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin"
; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89
surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah
"Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku
membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena
sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan
di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai
kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah}
sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak
melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang
hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan
kepadanya gelang emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk
mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan
perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu
adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta
kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan
{manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka
dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka
melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya
telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua
pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan
orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya
dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan,
supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila datang kepada
mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha} kami."
Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu kepada
Musa dan orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya
kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan
mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kamu
mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan
itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami
{Allah} kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai
bukti yang jelas tetapi mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang
berdosa. 134~ Dan ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu}
mereka pun berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu
dengan {perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu.
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami
akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi
bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga
batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya."
{ Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani
Isra'il keluar dari Mesir
Bani
Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup
merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun
yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang
benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman
Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa
memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi
Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan
cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang
mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di
tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir
yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani
Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang
mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk
tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim
itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun:
"Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang
kami sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat
dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan
diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan
keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar
ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja,
turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut
dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap
belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air
laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah
pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi
timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang
sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan
takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah
bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa
telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala
tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului
bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka
di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah
menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang
melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran
dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati
oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa
aku adalah yang berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa
bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar
laut yang sudah mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa
dan Bani Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti
hukuman Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah
perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan
yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan
tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di
dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk
menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri
dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku
percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku
beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah
seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut:
"Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri
kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari
maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu
bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan
berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang
berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan
menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku
apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang
meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun.
Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa
ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang
lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.
Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu
percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada
Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk
tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai
orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya,
menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta
memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala
sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan
air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai
sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah
"Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat
60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana
berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah
kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah
untuk mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun
dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak
memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu
matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan
itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan
orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan
yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak
beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa
lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk
diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan
menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah
dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah
diri {kepada Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal
sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam
perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari
Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya.
Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok
orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah mrk
kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala
sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai
tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang
yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada
berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan
oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah
memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun,
melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu
kelebihan di atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang
aneh drp kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian
besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan bumi serta alam
semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan
ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan
kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana
panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di
mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak
oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka
awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas
teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman
mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan
hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai
madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi
firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami
telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air
untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah
mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu
memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua belas
suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui
sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum
cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan
mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan
makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus
mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan
bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur,
seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka
tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa:
"Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya
sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan
kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa
yang telah kamu inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah
"Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala,
mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah
tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
{berhala}". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum
yang tidak mengetahui {sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka
itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu
mereka kerjakan. 140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk
kamu yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas
segala umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika
kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya
tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan
Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami
berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan
kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu
menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu
mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah
kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta." {
Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut
riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di
Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab
suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan
dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan
sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah
mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk
akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh
Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan
dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam
binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya
sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada
kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa
selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi
ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan
Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus
menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap
akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan
dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang
datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya:
"Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk
menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau
mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap
dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah
memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi
lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara
pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun
sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama
kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit
Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan
ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri
mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang
menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu
untuk mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku,
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah
lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa
menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh
tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia
seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata:
"Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah
taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab
suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan
kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu
secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada
jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya:
"Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari
manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan
menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu
keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka
bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa
yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun
tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar,
ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka.
Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika
mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang
fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha"
ayat 83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145
sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?"
84~ Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku
bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." {
Thaha : 83 ~ 84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya
empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun:
"Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah
kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan". 143~ Dan
tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak
sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala
Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur
luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia
berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang
pertama beriman." 144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya
Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa
risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang
teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa
luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami
berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu
berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf:
142 ~ 145 }
Bani
Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi
Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi
Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh
hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan
tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi
jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak
dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda
menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa
kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan
melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan
mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa
seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan
petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani
Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah
berhasil menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa
yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang
munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam
tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak dapat diharapkan
kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan
lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya
segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti
Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari
emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan
kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga dapat
mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup. Maka
diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya
kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat
bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang
benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada
sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan
Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak
lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke
tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah
berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan
sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi
keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan
bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari
krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan
nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur
Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam
perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi
isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama
ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat
dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,
menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak
dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan.
Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata
menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat
dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi
perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau
pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi
petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat
memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah
engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah
berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak
mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan
membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras,
akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan
menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah
membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali
ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang
menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri,
apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka
kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas
itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam
tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas
yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat
menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa
nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah
pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan
dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh
seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di
dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang
engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam
laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku,
alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku!
Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang
buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan
kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan
yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke
dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami
lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga
dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah
tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar
dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu
sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan
Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan
kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka
telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan
merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar
memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia
tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman
yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku,
ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran
rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan
hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali,
kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun
sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa
sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka
menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak
pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa
kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan
diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi
Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit,
kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap
itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh
kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat
itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan
mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka
setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya:
"Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan
keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan
halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh
puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia
berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata:
"Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang
yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti
kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan
kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai
pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali
kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang
yang baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa
mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada
kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya
dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak
tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah
"Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah"
ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh
Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu
telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama
masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan
aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar
perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa
beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian
pula Samiri melemparkannya." 88~ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk
mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata:
"Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa." 89~ Maka
apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat
memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada
mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata
kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya
diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan
Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~
Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini,
hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun,
apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~
{sehingga} kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja
mendurhakai perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku,
janganlah kamu pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku
khuatir bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah
antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~
Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai
Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka
tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam aari jejak rasul, lalu aku
melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa:
"Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di
dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan
sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat
menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya.
Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan
menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia.
Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui
bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan
kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah
kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di
antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali
luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh puluh
orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang
telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata:
"Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan
mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena
perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan
dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki
dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang
memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan
Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu
kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu
Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." {
Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kmai
angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah
selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu
berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia
Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi."
{ Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak
kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il.
Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah
menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah
diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun ,
musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan
air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan
Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari
kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada
mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang
diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak
mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah
Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk
memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh
Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka
membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka
ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut
anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat
dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji
Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir
suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa:
"Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku
Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan
fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan
perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir
orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti
hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi
ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka
telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa
ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih
belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya
yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai
Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan
diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq
yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah
memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat
puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi
Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan
sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang
akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh
Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :~
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada
mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat
yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang
telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang
{karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi.
22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada
orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan
memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka keluar drpnya, pasti
kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di antara orrg-orang
yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya:
" Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kamu
memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu
bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman." 24~ Mereka berkata:
"Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi
mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini
saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan
orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika demikian}
maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh
tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu.
Maka janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq
itu." { Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah
satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi
Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani
ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang
kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya
yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera
tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai
harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian
daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang
tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari
peninggalan bapa saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh
saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan
yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun
rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka
telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak
dikenal identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka
mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa
pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera
menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan
lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan
izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang
telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada
kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima
bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah
berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan
kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk
diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam
peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang
engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan
dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu
adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah
yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya
agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu
ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak
tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari
sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak
yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan
ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim
itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang
pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon
perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan
apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu
terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena
memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk
disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah
lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika
bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa
dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara
sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani
Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau
mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada
dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam
surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah
ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina."
Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan."
Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang
dari orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada
Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah
itu? Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu
maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu
{masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat
petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan
hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan
hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah}
ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota
sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar
kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi
Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada
suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia
berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada mereka
akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka yang
sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus,
melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada
mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala
syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa
api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri
bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini
paling pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa.
Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan
daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar
Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar
di antara Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai
mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang
memperoleh kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan
apa lagi yang dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu,
yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,
dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih
luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan
bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan
terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya.
Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah
memerintahkan kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di
mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan
ilmu oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi
Musa sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat
membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan
berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari
hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat
titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan
kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah
keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di
mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau
akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk
perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang
drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di
antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk
Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba
yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya
Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di
dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu
yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di
atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi
tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam
keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk
ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan
yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah
agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa
penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya
karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk
mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke
dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah
dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala
engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang
berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air
hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu
segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari
Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan
hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah
tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari.
Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan
terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka
melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya
dan iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab:
"Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa,
nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau
mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu.
"Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya,
seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau
memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau
pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala
petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir
itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri
bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan
melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan
yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan
wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku
melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah
pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang
sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk
daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin
mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan
mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu.
Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan
dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu
salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi
segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami
berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam
perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka
sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi
Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka
di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua
secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik
kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki
sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan
lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir
melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana
yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang
yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata:
"Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi
perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan
perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke
tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan
kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat
tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri.
Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua
di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di
darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang
bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh
Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan
dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan
Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang
tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah
harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan
kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan
yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa
engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau
telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah
berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan
dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi
perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah
perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin
beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan
jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan
sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong
mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal
bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat
atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan
desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka
melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir
menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan,
tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib,
mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini.
Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap
makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi
usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu
dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah
sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan
dan uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu
tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak
wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa
pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk
menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang
sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik
orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi
hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera
itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera
itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada
lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah
menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan
kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua
anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku
khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena
dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu
Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka
berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu
adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak
yatim piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah
menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai
ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya,
sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan
bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar
hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi
atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi"
ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku
tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan
atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka
sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan
lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan
kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."
63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang
ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari."
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah
aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku,
68~ dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata:
"Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan
aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."
71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu
Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu
itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya
kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir}
berkata: "Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali
tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata:
"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu
membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka
berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda
maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu bunuh jiwa
yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang mungkar." 75~ Al-Khidhir berkata:
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan
uzur padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya
sampai kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu
menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah
yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata:
"Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu."
78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu
kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya
adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada
ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda
yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka
Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku
melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." {
Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi
Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun
adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia
dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang
tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya
mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta
benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak
berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan
beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk
kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2
tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2
sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam
dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa
masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha
mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang
tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah
memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan
demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan
oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai
kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya
memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana
ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah
dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada
kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang
telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus
disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan
perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa
musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah
memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia
melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh
pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat
tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang
harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk
kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan
segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan kepada
orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki
adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan
kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari
sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut
kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial
berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita
yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin
meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan
kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian
dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih
banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan
indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan
iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka
berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata:
"Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah
diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah
bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan
kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas
kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang
fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun
makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela
menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada
orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh
Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah
berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa
kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah
ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin
yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah
menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami
yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih
jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda
kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami
serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah
wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan
bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak
oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak
dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah
yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu
setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan
berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan
dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan
merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang
tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan
timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan
mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat,
Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar
menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban
mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan
fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya
bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah
merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan
umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah
tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh
Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan
keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa
adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah
bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa
ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2
Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan
iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang
berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2
merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai
hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar
menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar
menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya
melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada
Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah
tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang
mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah
seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi
kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami
oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya
Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula
seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya
kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya
yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang
yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash"
ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana
berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah
orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat
baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu
dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun
berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada
padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh
telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih
banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan
yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun
berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun
yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang
{yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita
benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." {
Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai
kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah
Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin
Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-2
sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin
sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih
berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud"
suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah
pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil,
mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang
bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab
Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia
yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap
Tabout itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan
keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap
medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan
semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut
bagi musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin
hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah
kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan yang ditinggalkan
gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai
seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat
mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando
bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya
dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka
dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul
perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat
seorang penghulu yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il.
Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih
melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta
dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi
mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang
pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang
raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta
sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata:
"Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh
bila kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari
negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan
enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu
hal yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam
keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang
melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan
maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan
dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga
komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula
keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing
kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan
Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja
bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar
ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout"
menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu
atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang
akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan
segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan
berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa
ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah
dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak
terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya
bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan
tanah ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2
peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang
bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di
sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang
terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya
akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari
keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada di
daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi
kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk
kepada kami di mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah
seorang nabi yang menerima petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan
dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh
orang kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua
menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya
kepada beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah
perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak
usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan
datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat
tempat itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,
muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya
kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang,
berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk
memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan
petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah
terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun
sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa
inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku
cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat
ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan
urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan
yang lebih besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih
oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan
mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh
yang sedang menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan
akan menyertaimu memberi perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan
dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan
pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang
paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan
penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih
tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang
menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas
suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout,
diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: "
Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi
rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan
sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya,
mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya.
Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah
untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan pidato
pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan
dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan
pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan
kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak
terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan
tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan
pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini
akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang
tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya.
selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para
nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang
menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman
dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta
mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka
yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan
cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya:
"Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan
kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan,
kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir
Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan
kekar serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang
yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan
Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak
patutlah kami memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan
pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan
kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam
kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang
diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami
bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan
tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati
tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang
dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah
merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan
menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan
dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu
dibawa oleh malaikat. Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk
menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya
kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin
itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan
memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala
nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas
pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah
menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang
masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang
terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak
mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha
sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran
dan tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri
mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian
untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang
disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout berkata
mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan
melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu minum dari air
sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat kupercayai
kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa di
antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar
membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera
yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi
kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu,
hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti
petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat
bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu
sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari
anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya
menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin
sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan
mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata
setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka
yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout
bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam
barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian
drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum
dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang
terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih
lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang
komandan bernama "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang
berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang
berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan
rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata
mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup
menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih
lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan
kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam
pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya,
walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka
keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak
membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman
kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas
rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata
mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk
bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit
atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di
dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan
Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil
jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allah mengizinkannya dan
memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang
yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang
ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout
terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon
pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan
pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin,
panglima besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya
menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang
ia berseru dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan
seorang yang akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang
pun keluar adri tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan
dan hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani
Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout
yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi
dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu
kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan
siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang
berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja
Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak,
sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari
sang raja untuk keluar menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya
untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya
sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya
untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan
hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu
merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang
melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang
belum pernah turun ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan
selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar
bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia
melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang
masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang
tidak pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi
hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan
Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh
oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan
khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang menentukan
dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan
tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan
bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup
matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil
menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku
dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan
berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau
kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran
tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan
bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata
yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas
dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin
melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat
mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya dan
mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh anggota
pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia
enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk
membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya
membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk
melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan
hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa
dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang
durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,
keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana
Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak
mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan
dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan
tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan
kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar
anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana
pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati
padahal engkau masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan
yang masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini
akan aku habiskan nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu
makanan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi
bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak
akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih
ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah
lama engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi
akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau
kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan
mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang
pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul
tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan
derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu
kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di
atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan
Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout
jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah
semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan
Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il
sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di
bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin
sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang
di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman
kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas
mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.
Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi
rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami
padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberi
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya
tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh
malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika
kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa
tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan
satu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia
pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya
menciduk seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka
meminumnnya terkecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala
Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai
itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami
pada hari ini untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang
menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah dan Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout
dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan
kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami
dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera
Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan
itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud}
pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Catatan tambahan
Nabi
Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama
"Nabu", di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah
suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.
|
|